Pages

Subscribe:

Hypertension


Pendahuluan
Kalau kita bicara hipertensi, kita pasti bicara tentang jantung. Jantung lah yang memompa darah sehingga dapat mencapai seluruh bagian tubuh kita dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.  Tekanan darah itu sebenarnya adalah tekanan yang terdapat pada dinding arteri saat darah beredar dalam tubuh di mana yang paling tinggi ada pada aorta dan menurun perlahan sampai dengan kapiler di daerah perifer.  Sedangkan hipertensi adalah istilah medis yang menggambarkan tingginya tekanan pada dinding arteri tersebut.

Fakta Tentang Hipertensi
  • Banyak orang yang memiliki hipertensi tidak mengetahuinya.
  • Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena jarang bergejala sampai penyakit penyertanya datang.
  • Penyakit penyerta hipertensi adalah: serangan jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kerusakan retina, aortic aneurysms, dan penyakit pembuluh darah lainnya.
  • Menjaga tekanan darah selalu normal, mengurangi resiko terkena serangan jantung dan stroke.
  • Di AS merupakan penyakit nomor 2 menjadi alasan orang berkunjung ke dokter.
  • 60 juta penduduk AS menderita hipertensi.

Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah sangat mudah yaitu menggunakan sphygmomanometer.  Pengukuran memberikan 2 angka dalam satuan mmHg; yaitu tekanan sistolik adalah tekanan saat jantung berkontraksi memompa darah, dan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung beristirahat (di antara degupannya) dan darah kembali ke jantung.

Berikut angka acuan tekanan darah menurut AHA (America Heart Association):

  • Normal: < 120 / 80 mmHg
  • Pra hipertensi: 121-134 / 81-89 mmHg
  • Hipertensi stage 1: 135-159 / 90-99 mmHg
  • Hipertensi stage 2: 160-179 / 100-109 mmHg
  • Hipertensi stage 3: > 180 / 110 mmHg

Penyebab Hipertensi
Pada 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui sehingga disebut sebagai essential hypertension atau hipertensi primer.

Faktor Resiko Hipertensi
Yang tidak dapat dikontrol:

  1. Usia.  Makin tua seseorang, maka makin tinggi resikonya untuk terkena hipertensi, terutama pada tekanan sistolik.
  2. Ras.  Ras Negroid cendrung memiliki tekanan darah tinggi dibanding Mongoloid atau Kaukasoid.  Rata-rata hipertensi pada ras Negroid mulai didapat sejak masih muda.
  3. Keturunan. Hipertensi tendensinya diturunkan dalam keluarga.  Baik dari garis ayah mau pun dari garis ibu.
  4. Jenis kelamin. Pria cendrung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada wanita, sehingga pria lebih sering terkena hipertensi.

Faktor yang dapat dikontrol:

  1. Obesitas. Seiring dengan peningkatan berat badan, maka tekanan darah juga meningkat.  Orang yang obesitas memiliki resiko terkena hipertensi 6x lebih besar dari pada orang yang tidak obese.  Tipe obese yang “apple-shaped” lebih tinggi resiko terkena hipertensi dari pada yang “pear-shaped”.
  2. Intake natrium dan sensitifitas terhadap natrium.  Ada orang yang lebih sensitif terhadap natrium; saat banyak mengkonsumsi natrium, tekanan darahnya meningkat. Sehingga intake natrium menjadi faktor resiko juga untuk hipertensi.  Di beberapa daerah (tergantung kebiasaan), memiliki tingkat konsumsi natrium lebih tinggi dari pada daerah lainnya.  Sumber natrium yang tinggi: Ikan asin, penyedap rasa, kerupuk, fast food, dan makanan dalam kemasan.
  3. Alkohol & rokok. Tekanan darah meningkat seiring dengan konsumsi alkohol dan rokok. Sehingga orang yang sering minum alkohol dan perokok, memiliki faktor resiko yang tinggi terkena hipertensi.
  4. Obat KB oral. Pil KB meningkatkan resiko hipertensi, sehingga pemakaian jangka panjang harus dikonsultasikan dengan dokter.
  5. Kurang aktivitas fisik. Bila jarang beraktivitas fisik, kecendrungannya akan menjadi obese, sehingga beresiko terkena hipertensi.

Gejala Hipertensi
Seringnya tidak bergejala, dan baru terdeteksi setelah diperiksa.  Tapi bila bergejala berikut yang biasa dikeluhkan: sakit kepala, pusing, pandangan kabur, mual dan muntah, perasaan lelah yang berlebih, sakit dada, nafas pendek dan sesak, dan gejala seperti stroke (biasanya pada stage 3).


PictureKapan Mencari Pertolongan Medis
  1. Bila mengalami gejala di atas, sementara Anda tahu pernah sekali diperiksa memiliki tekanan darah yang tinggi.
  2. Bila diperiksa sendiri di rumah, sphygmomanometer menunjukkan angka di atas normal, atau jauh di atas dari biasanya saat Anda berkunjung ke dokter, atau Anda khawatir akan hasil yang didapatkan.
Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Setelah diperiksa fisik oleh dokter, dokter mungkin meminta untuk dilakukan pemeriksaan untuk mencari atau menggugurkan diagnosis penyakit penyerta.  Apa lagi bila pasien memiliki faktor-faktor resiko seperti di atas. 


Yang diperiksa biasanya adalah:

  • Untuk melihat kondisi jantung: darah lengkap, elektrolit, dan EKG atau echocardiograph
  • Untuk melihat fungsi ginjal: ureum, kreatinin dan GFR
  • Untuk melihat profil lemak:  cholesterol total, LDL, HDL dan trigliserida
  • Untuk melihat fungsi tiroid: hormon-hormon tiroid.

Penanganan Hipertensi
Penanganan hipertensi adalah seumur hidup, yang disesuaikan dengan kondisi tekanan darah dan perkembangan penyakitnya.  Maka yang penting adalah menjaga agar tekanan darah tetap dalam keadaan normal.

Dilakukan Sendiri

  1. Memodifikasi gaya hidup: Menjaga berat badan agar tidak berlebih; Aktif secara fisik dan rutin berolah raga; Menghindari makanan tinggi lemak dan tinggi natrium; Menghindari rokok dan asap rokok; Cukupkan istirahat dan hindari stress
  2. Secara rutin memeriksakan diri ke dokter dan secara rutin mengkonsumsi obat hipertensi yang diberikan oleh dokter.
  3. Jangan menghentikan terapi kecuali instruksi dari dokter.

Dilakukan Dokter
Dalam menemukan jenis dan dosis obat yang tepat merupakan prosis trial and error yang dilakukan dokter. Karena setiap penderita hipertensi itu unik dan tidak dapat disamakan terapinya dengan penderita lain. Ini disebabkan karena sangat banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah. 

Golongan obat-obat hipertensi adalah sebagai berikut:

  1. Diuretics.  Paling sering digunakan dan dikombinasi dengan obat hipertensi lainnya. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi volume cairan dalam sistem tubuh dan meningkatkan ekskresi natrium. Obat ini akan membuat seseorang jadi sering buang air kecil. Contohnya: HCT, furosemide, torsemide, metolazone.
  2. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors. Obat ini bekerja dengan cara menyetop produksi angiotensin II yang membuat pembuluh darah berkontraksi. Contohnya: captopril, lisinopril, enalapril, quinapril, fosinopril.
  3. Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Obat ini bekerja dengan cara memblok fungsi angiotensin II. Contohnya: losartan, valsartan, candesartan, irbesartan.
  4. Beta-Blockers. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi denyut jantung dan mengurangi kekuatan pompa otot jantung. Disebut beta-blockers karena memblok kerja dari reseptor adrenalin. Efek sampingnya adalah perasaan lemah. Contohnya: propranolol, bisoprolol, metoprolol, atenolol, carvedilol.
  5. Calcium Channel Blockers. Obat ini bekerja dengan cara membuat rileks otot dinding arteri dan melebarkannya. Contohnya: nifedipine, amlodipine, nicardipine, felodipine, diltiazem, verapamil.
  6. Central Sympathetic System Blockers. Obat ini bekerja dengan cara memblok pesan dari otak untuk kontraksi otot pembuluh darah. Contohnya: clonidine.
  7. Direct Vasodilators. Obat ini bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah. Biasa disuntikkan pada kasus gawat darurat yang harus segera menurunkan tekanan darah. Contohnya: nitroprusside, diazoxide.

Terapi Alternatif
Terapi alternatif banyak diperkenalkan kepada penderita hipertensi. Walaupun dunia medis tidak melarangnya, namun masih sedikit penelitian yang bisa mendukung keberhasilan terapi alternatif.  Jadi bisa dilakukan tapi jangan menjadikannya sebagai terapi pengganti sementara terapi medis jadi dihentikan. 

Di antara terapi alternatif yang ada, berikut yang terkenal:

  1. Acupuncture
  2. Meditasi seperti yoga
  3. Suplemen seperti vitamin, garlic, minyak ikan,  L-arginine, soya, coenzyme Q10, phytosterols, chelation.

Pencegahan Hipertensi

  1. Rutin memeriksakan tekanan darah, walau pun tidak ada keluhan. Kalau perlu punya tensi meter sendiri.
  2. Normalkan berat badan
  3. Aktif secara fisik dan rutin berolah raga
  4. Hindari makanan tinggi natrium
  5. Hindari alkohol, rokok dan asap rokok
  6. Hindari stres, dan cukupkan istirahat

0 comments:

Post a Comment